Rabu, 22 Februari 2012

Mengunjungi Komunitas Robot Stikom Dinamikan Bangsa


PDF Cetak E-mail
 Dibaca: 254 kali.
Metro Jambi
Ditulis oleh Jennifer Agustia, THEHOK   
Selasa, 28 Juni 2011 13:44  

Hobi Robotik Boleh Gabung, Anggota Lebih dari 30 Orang
Hobi robotic memang bukan hobi biasa. Selain membutuhkan keahlian marakit, juga harus ahli program, serta memperhatikan detail yang rumit. Biayanya pun tidak murah. Salah satu komunitas robot ada di Stikom Dinamika Bangsa (DB) Jambi. Siapa saja mereka?
Ketika JambiIndependent berkunjung ke salah satu ruangan di Stikom DB Kota Jambi, bertempat di lantai III kemarin (27/6), pintu tersebut tertutup rapat. Di atas pintu tertulis 3.1 dilanjutkan di bawahnya bertuliskan laboratorium teknik. Di sinilah salah satu komunitas robot Jambi yang bernaung di bawah nama Stikom Jambi.
Memasuki ruangan tersebut, terlihat bermacam peralatan teknik, seperti kabel, timah, dan benda-benda lainnya. Lalu disudut lainnya, terletak sebuah track yang terbuat dari papan kayu berukur sekitar 2x2 meter. Di sana merupakan jalur lintasan robot cerdas bernama TU 9 Robo. Sebuah robot cerdas pendeteksi api, yang sudah empat kali mengikuti perlombaan tingkat nasional.
Saleh Yaakub, salah seorang tim inti dari komunitas robot tersebut menjelaskan, bahwa robot TU 9 terebut sudah mengikuti lomba tingkat nasional semenjak tahun 2007, namun baru pada tahun 2008 robot cerdas karya tim ini berhasil lolos ke tingkat nasional. “Tahun 2007 tersebut, cuma lolos tahap satu yakni proposal, sedangkan pas laporan pengembangannya kita tidak lolos,” katanya.
Baru pada tahun 2008, setelah dilakukan pengembangana serta perbaikan pada robot mereka, si robot cerdas ini berhasil masuk ke sepuluh besar Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) di berbagai tempat. Dari tahun-ketahun dilakukan perbaikan serta pengembangan sehingga robot yang diiukutkan kontes, bukanlah robot yang sama dengan yang mengikuti kontes sebelumnya.
Lalu siapa saja yang terlibat dalam pembuatan robot cerdas ini? Untuk TU 9 Robo, ternyata ada tujuh orang tim inti. Yang terdiri dari Saleh Yaakub, Antony Gustop, M Irwan Bustami, Rawiko, Agus Siswanto, M Ardian Syah, dan Risna. Ketujuhnya merupakan mahasiswa Stikom DB jurusan sistem komputer. Namun untuk anggotanya sendiri saat ini telah lebih dari 30 orang. Disebutkan Saleh, saat ini, selain yang 30 anggota aktif, juga banyak lagi anggota yang sudah terdaftar. “Ada juga yang daftar, namun jarang hadir,” ujarnya.
Selain mengerjakan robot cerdas pendeteksi api, komunitas ini juga mengerjakan robot-robot lainnya seperti robot mengintai, robot pengangkut barang, dan robot humanoid yang mampu melakukan tindakan yang biasa dilakukan manusia. “Kalau ini sih KP saya, dia bisa dance, seperti kalau ada music,” katanya.
Tujuh tim inti yang mengerjakan robot TU 9 ini memiliki tugas masing-masing. Ada tiga pokok yang harus mereka pertanggungjawabkan, yaitu bagian design fisik robot, yang bertugas dalam rangkaian elektronik, serta program. Sehingga satu kesatuan robot TU 9 bisa mengikuti kontes tingkat nasional selama empat tahun terakhir. “Yang terakhir ini diadakan di Politekik Negeri Batam, kita dapat sepuluh besar,” ujar Saleh.
Lalu, siapa saja anggota yang terdiri dari 30 orang tersebut? mereka adalah para mahasiswa baru maupun lama yang berasal dari semua jurusan yang ada di Stikom DB. “Sebenarnya yang paling pas itu adalah jurusan sistem komputer, karena aplikasinya kepada skripsi juga pas,” katanya. Namun, untuk jurusan lainnya juga banyak yang bergabung dengan komunitas ini. Kebanyakan, yang bergabung adalah mahasiswa yang memiliki hobi robotic. “TIdak masalah sih dari jurusan apa saja, yang jelas mereka hobi robot,” ujar Saleh.
Ketika ditanyakan, berapa biaya yang dibutuhkan untuk membuat sebuah robot, Saleh mengatakan bervariasi, mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 10 juta. “Kalau yang TU 9 ini kita habiskan tidak kurang dari Rp 10 juta,” ujarnya. Mahalnya biaya pembuatan robot TU 9 karena banyak sensor dan mikro yang digunakan. Serta pengerjaannya memakan waktu minimal dua bulan.
Namun, pihak kampus mendanai seluruh biaya yang dibutuhkan oleh TU 9 karena bertujuan untuk mengikuti kontes. “Kalau untuk kontes, biayanya seratus persen dari kampus, tapi kalau yang KP dana pribadi. Karena memang kepentingan pribadi,” tandasnya. (*)

Sudi Kiranya Memberi Komentar ..