Metro Jambi | |
Ditulis oleh Jennifer Agustia, THEHOK | |
Selasa, 28 Juni 2011 13:44 | |
Hobi Robotik Boleh Gabung, Anggota Lebih dari 30 Orang
Hobi
robotic memang bukan hobi biasa. Selain membutuhkan keahlian marakit,
juga harus ahli program, serta memperhatikan detail yang rumit. Biayanya
pun tidak murah. Salah satu komunitas robot ada di Stikom Dinamika
Bangsa (DB) Jambi. Siapa saja mereka?
Memasuki
ruangan tersebut, terlihat bermacam peralatan teknik, seperti kabel,
timah, dan benda-benda lainnya. Lalu disudut lainnya, terletak sebuah
track yang terbuat dari papan kayu berukur sekitar 2x2 meter. Di sana
merupakan jalur lintasan robot cerdas bernama TU 9 Robo. Sebuah robot
cerdas pendeteksi api, yang sudah empat kali mengikuti perlombaan
tingkat nasional.
Saleh
Yaakub, salah seorang tim inti dari komunitas robot tersebut
menjelaskan, bahwa robot TU 9 terebut sudah mengikuti lomba tingkat
nasional semenjak tahun 2007, namun baru pada tahun 2008 robot cerdas
karya tim ini berhasil lolos ke tingkat nasional. “Tahun 2007 tersebut,
cuma lolos tahap satu yakni proposal, sedangkan pas laporan
pengembangannya kita tidak lolos,” katanya.
Baru
pada tahun 2008, setelah dilakukan pengembangana serta perbaikan pada
robot mereka, si robot cerdas ini berhasil masuk ke sepuluh besar Kontes
Robot Cerdas Indonesia (KRCI) di berbagai tempat. Dari tahun-ketahun
dilakukan perbaikan serta pengembangan sehingga robot yang diiukutkan
kontes, bukanlah robot yang sama dengan yang mengikuti kontes
sebelumnya.
Lalu
siapa saja yang terlibat dalam pembuatan robot cerdas ini? Untuk TU 9
Robo, ternyata ada tujuh orang tim inti. Yang terdiri dari Saleh Yaakub,
Antony Gustop, M Irwan Bustami, Rawiko, Agus Siswanto, M Ardian Syah,
dan Risna. Ketujuhnya merupakan mahasiswa Stikom DB jurusan sistem
komputer. Namun untuk anggotanya sendiri saat ini telah lebih dari 30
orang. Disebutkan Saleh, saat ini, selain yang 30 anggota aktif, juga
banyak lagi anggota yang sudah terdaftar. “Ada juga yang daftar, namun
jarang hadir,” ujarnya.
Selain
mengerjakan robot cerdas pendeteksi api, komunitas ini juga mengerjakan
robot-robot lainnya seperti robot mengintai, robot pengangkut barang,
dan robot humanoid yang mampu melakukan tindakan yang biasa dilakukan
manusia. “Kalau ini sih KP saya, dia bisa dance, seperti kalau ada
music,” katanya.
Tujuh
tim inti yang mengerjakan robot TU 9 ini memiliki tugas masing-masing.
Ada tiga pokok yang harus mereka pertanggungjawabkan, yaitu bagian
design fisik robot, yang bertugas dalam rangkaian elektronik, serta
program. Sehingga satu kesatuan robot TU 9 bisa mengikuti kontes tingkat
nasional selama empat tahun terakhir. “Yang terakhir ini diadakan di
Politekik Negeri Batam, kita dapat sepuluh besar,” ujar Saleh.
Lalu,
siapa saja anggota yang terdiri dari 30 orang tersebut? mereka adalah
para mahasiswa baru maupun lama yang berasal dari semua jurusan yang ada
di Stikom DB. “Sebenarnya yang paling pas itu adalah jurusan sistem
komputer, karena aplikasinya kepada skripsi juga pas,” katanya. Namun,
untuk jurusan lainnya juga banyak yang bergabung dengan komunitas ini.
Kebanyakan, yang bergabung adalah mahasiswa yang memiliki hobi robotic.
“TIdak masalah sih dari jurusan apa saja, yang jelas mereka hobi robot,”
ujar Saleh.
Ketika
ditanyakan, berapa biaya yang dibutuhkan untuk membuat sebuah robot,
Saleh mengatakan bervariasi, mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 10 juta.
“Kalau yang TU 9 ini kita habiskan tidak kurang dari Rp 10 juta,”
ujarnya. Mahalnya biaya pembuatan robot TU 9 karena banyak sensor dan
mikro yang digunakan. Serta pengerjaannya memakan waktu minimal dua
bulan.
Namun, pihak
kampus mendanai seluruh biaya yang dibutuhkan oleh TU 9 karena bertujuan
untuk mengikuti kontes. “Kalau untuk kontes, biayanya seratus persen
dari kampus, tapi kalau yang KP dana pribadi. Karena memang kepentingan
pribadi,” tandasnya. (*)
|