Sabtu, 01 Desember 2012

Tips Teknik Framing Berita (Teori Agenda Setting Berita)


Teknik Mem-framing Berita
1. Makna framing
Sesungguhnya framing berita merupakan perpanjangan dari teori agenda setting, yaitu semacam teknik yang dipakai wartawan untuk melahirkan wacana yang akan ditangkap oleh khalayak. Secara praktis, framing bisa dilihat dari cara wartawan memilih dan memilah bagian dari relaitas dan menjadikannya bagian yang penting dari sebuah teks berita (Scheufele, 1999:107). Dengan kata lain, framing berita menyangkut seleksi beberapa aspek dari realitas sosial dan menjadikannya menonjol dalam sebuah berita, teriring harapan tertangkapnya wacana yang sedang diinginkan wartawan.Secara teknis, tidak mungkin bukti bahwa seorang wartawan untuk mem-framing seluruh bagian dari berita. Hanya bagian dari kejadian-kejadian (happening) penting saja yang menjadi objek framing wartawan. Tetapi, bagian-bagian kejadian (happening) penting ini sendiri merupakan salah satu aspek yang sangat ingin diketahui khalayak. Aspek lainnya adalah, peristiwa atau ide yang diberitakan.


Kalai bisa, khalayak memang perlu mengetahui teknik yang dipakai wartawan dalam mem-framing berita. Dengan pengetahuan itu, mereka akan jadi kritis ketika memaknai berita. Tetapi, bagi penulis berita, pengetahuan tentang teknik yang dipakai dalam mem-framing berita merupakan satu keharusan. Teknik yang biasa dipakai adalah: (i) defining problem, mendefinisikan masalah dengan pertimbangan-pertimbangan yang sering kali didasari oleh nilai-nilai kultural yang berlaku umum; (ii) diagnosing causes, mendiagnosis akar permasalahan dengan mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang terlibat dalam permasalahan; (iii0 making judgement, memberikan penilaian moral terhadap akar permasalahan dan efek yang ditimbulkan; dan (iv) suggesting remedies, menawarkan solusi dengan menunjukkan perlakuan
tertentu dan dugaan efek yang mungkin terjadi.

Setelah itu, penulis berita perlu juga mengetahui pengakat yang bisa dipakai dalam proses framing adalah: (i) struktur sintaksis, yaitu penonjolan aspek yang dianggap penting pada judul, lead dan penutup berita; (ii) struktur skriptual, yaitu menghadirkan komponen kejadian yang memenuhi nilai berita; (iii) struktur tematis, yaitu menghadirkan ide dalam kalimat yang menguntungkan frase “sebab”, “karena”, dan “karena itu”; dan (iv) struktur retoris, yaitu memaknai metafor, contoh-contoh historis (exemplars), kata kunci, dan konotasi (depiction).

2. Manfaat framing
Apakah para wartawan akan menangis bila khalayak tidak memaknai berita sesuai dengan framing mereka? Jawaban pertanyaan ini sangat tergantung dari penghayatan para wartawan terhadap tugas dan kewajiban mereka. Bagi seorang wartawan yang sadar persis bahwa tugasnya adalah mengidentifikasi persoalan yang ada dalam masyarakat dan berperan serta menyelesaikan masalah tersebut lewat wacana yang dia ciptakan, maka dia akan sedih bila khalayak tidak bersikap apa-apa setelah membaca berita yang ditulisnya. Untuk mengantisipasi itulah dia tidak hanya berhenti pada penulisan berita saja. Dia akan amati apa yang terjadi pada khalayak setelah membaca berita yang ditulisnya. Sebaliknya, bagi seorang wartawan yang hanya bekerja untuk mencari penghidupan semata, tugasnya akan berhenti begitu dia selesai menulis sebuah berita.

Bila diamati lebih dalam lagi, sebenarnya framing terdiri dari atas dua jenis, yaitu framing media dan framing individu. Framing media dilakukan oleh wartawan dan framing individu dilakukan oleh khalayak. Mengenai yang terakhir ini, ia akan menjadi dasar bagi khalayak untuk melakukan interpretasi selektif dari pesan yang disampaikan berita. Bagi khalayak, posisi framing individu merpakan kondisi mental dan cetusan ide yang membimbing individu memproses informasi. Dari framing individu inilah khalayak menangkap wacana yang disampaikan wartwan.

Kalau ada khalayak yang tidak mem-framing berita sesuai dengan framing yang diharapkan wartawan, itu sebenarnya di luar kemampuan wartawan. Kendati begitu, tidak ada salahnya wartawan memahami kognisi sosial khalayak mengenai sebuah isu. Dengan pemahaman itu, wartawan bisa mem-framing berita yang pada gilirinnya bisa di-framing khalayak sesuai dengan harapan wartawan.

Kenyataan di atas merupakan satu bukti bahwa framing media yang dilakukan wartawan dipengaruhi oleh beberapa variabel. Selain kognisi sosial, variabel lain yang mempengaruhi wartawan mem-framing berita adalah ideologi dan struktur sosial. Karena itu, bagaimana wartawan mem-framing berita menjadi variabel terikat (dependent variable). Pada titik ini bisa disebut bahwa wartawan tidak begitu saja mem-framing berita.

3. Pedoman framing
Bila seorag wartawan ingin mem-framing berita, ia harus mengingat kaidah jurnalistik yang paling elementer, seperti nilai berita, framing berita, layak berita dan bias berita. Artinya, dia harus tetap mematuhi semua kaidah itu dengan penahanan diri. Setelah mematuhi kaidah itulah ia baru melakukan framing terhadap berita.

Ada tiga bagian berita yang bisa menjadi objek framing seorang wartawan. Pertama, judul berita. Judul berita, sering kali di framing dengan menggunakan metode emapti, yaitu menciptakan ”pribadi khayal” dalam diri khalayak. Sebagai contoh, khalayak dianggapkaqn menempatkan diri mereka seperti korban kerusakan lingkungan hidup atau bagian dari satu masyarakat yang tidak bisa hidup dengan nyaman, sehingga mereka bisa merasakan kepedihan yang luar biasa. Berdasarkan perasaan ini, mereka akan menjadi sangat ”keras” pada pelaku kerusakan lingkungan hidup, baik yang berkaitan langsung dengan kehidupan mereka maupun yang tidak langsung (sebagai manifestasi berpikir global, bertindak lokal). Untuk itu, perlu dirumuskan judul berita lingkungan hidup yang menceritakan kerusakan lingkungan hidup, seperti Asap membawa puluhan korban, Hancurnya lingkungan hidup alam di Rinjani, dan sebagainya.

Kedua, fokus berita. Fokus berita biasanya diframing orang dengan metode asosiasi, yaitu ”menggabungkan” kebijakan yang aktual dengan fokus berita. Sebagai contoh misalnya kebijakan yang dimaksud adalah pemeliharaan lingkungan hidup yang sedang diusahakan berbagai pihak. Dengan ”menghubungkan” kebijakan tersebut dalam fokus berita, khalayak akan memperoleh kesadaran bahwa masih ada kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di berbagai daerah di seantero Indonesia, sekalipun usaha untuk mengurangi kerusakan lingkungan hidup. Untuk itu, wartawan perlu mengetahui secara persis kondisi riil pencegahan kerusakan lingkungan hidup.

Fokus berita, dalam praktek sehari-hari, adalah fakta yang menjawab pertanyaan what. Fakta inilah yang kemudian ”digabungkan” dengan berbagai kebijakan yang sedang dilakukan oleh berbagai pihak (terutama pemerintah), seperti tentang pemakaian pestisida, arah industri, pemakaian pupuk, pemukiman peladang berpindah serta perambah hutan, dan sebagainya.

Ketiga, penutup berita. Penutup berita bisa di-framing dengan menggunakan metode packing, yaitu menjadikan khlayak tidak berdaya untuk menolak ajakan yang dikandung berita. Sebagai contoh, dalam berita lingkungan hidup, apapun inti ajakan, khalayak menerima sepenuhnya. Sebab, mereka tidak berdaya sama sekali untuk membantah kebenaran yang direkonstruksikan oleh berita seperti; (1) bagi orang yang pernah datang ke Simalanggang 20 tahun lalu, daerah itu menjadi tempat yang sangat nyaman untuk tinggal. Di samping lingkungan alamnya yang masih hijau, airnya sangat jernih dan tanahnya sangat subur. Sayang, sekarang Simalanggang sangat kotor: sampah menumpuk di berbagai pojok dan tikus berkeliaran. Airsudah tidak bersih lagi. Kesuburan tanah berkurang. Semua itu terjadi gara-gara pembangunan berbagai industri yang tidak peduli dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Itulah sebabnya izin semua industri di Simalanggang perlu ditinjau lagi; dan (2) Ia melongo menyadari aliran sungai macet, tanah longsor di beberapa tempat dan air mulai menggenangi pekarangan rumah penduduk. Mulutnya tiba-tiba terkatup rapat. Ia tidak yakin bahwa ekosistem hutan kawasan Gunung Singgalang telah rusak. Tetapi, itulah yang terjadi.

Mendadak sontak ia merasa malu memiliki kampung di kaki Gunung Singgalang. Ia lebih malu lagi pada diri orang tuanya. Ternyata yang slema ini ia banggakan dan sayangi, sudah merusak lingkungan lewat eksploitasi hutan di sekitar Gunung Singgalang. Jangan heran bila ia mendukung protes masyarakat terhadap perusahaan milik orang tuanya yang memperoleh izin
mengeksploitasi hutan di sekitar Gunung Singgalang tersebut.

Jika setiap hari pers Indonesia membombardir khalayak dengan judul-judul berita lingkungan hidup yang menggambarkan kerusakan lingkungan hidup, fokus berita yang juga menunjukkan bahwa kebijakan tentang pemeliharaan fungsi lingkungan hidup masih tidak terealisasikan dengan baik, serta penutup berita yang mengajak khalayak untuk memerangi kerusakan lingkungan hidup, lama-kelamaan akan muncul dorongan dalam diri khalayak untuk ikut berpartisipasi dalam memelihara fungsi lingkungan hidup sehingga bisa diwariskan kepada generasi mendatang dalam keadaan yang sama dengan sekarang atau bisa lebih baik lagi.

4. Praktek framing

Tugas 3:
Identifikasilah: (i) ide framing; (ii) bagian berita yang memperoleh framing; dan (iii) perangkat framing yang terdapat dalam contoh berita yang disiarkan Tempo, 21-27 Februari 2005 berikut:

Teknik Mem-framing Berita
1. Makna framing
Sesungguhnya framing berita merupakan perpanjangan dari teori agenda setting, yaitu semacam teknik yang dipakai wartawan untuk melahirkan wacana yang akan ditangkap oleh khalayak. Secara praktis, framing bisa dilihat dari cara wartawan memilih dan memilah bagian dari relaitas dan menjadikannya bagian yang penting dari sebuah teks berita (Scheufele, 1999:107). Dengan kata lain, framing berita menyangkut seleksi beberapa aspek dari realitas sosial dan menjadikannya menonjol dalam sebuah berita, teriring harapan tertangkapnya wacana yang sedang diinginkan wartawan.Secara teknis, tidak mungkin bukti bahwa seorang wartawan untuk mem-framing seluruh bagian dari berita. Hanya bagian dari kejadian-kejadian (happening) penting saja yang menjadi objek framing wartawan. Tetapi, bagian-bagian kejadian (happening) penting ini sendiri merupakan salah satu aspek yang sangat ingin diketahui khalayak. Aspek lainnya adalah, peristiwa atau ide yang diberitakan.


Kalai bisa, khalayak memang perlu mengetahui teknik yang dipakai wartawan dalam mem-framing berita. Dengan pengetahuan itu, mereka akan jadi kritis ketika memaknai berita. Tetapi, bagi penulis berita, pengetahuan tentang teknik yang dipakai dalam mem-framing berita merupakan satu keharusan. Teknik yang biasa dipakai adalah: (i) defining problem, mendefinisikan masalah dengan pertimbangan-pertimbangan yang sering kali didasari oleh nilai-nilai kultural yang berlaku umum; (ii) diagnosing causes, mendiagnosis akar permasalahan dengan mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang terlibat dalam permasalahan; (iii0 making judgement, memberikan penilaian moral terhadap akar permasalahan dan efek yang ditimbulkan; dan (iv) suggesting remedies, menawarkan solusi dengan menunjukkan perlakuan
tertentu dan dugaan efek yang mungkin terjadi.

Setelah itu, penulis berita perlu juga mengetahui pengakat yang bisa dipakai dalam proses framing adalah: (i) struktur sintaksis, yaitu penonjolan aspek yang dianggap penting pada judul, lead dan penutup berita; (ii) struktur skriptual, yaitu menghadirkan komponen kejadian yang memenuhi nilai berita; (iii) struktur tematis, yaitu menghadirkan ide dalam kalimat yang menguntungkan frase “sebab”, “karena”, dan “karena itu”; dan (iv) struktur retoris, yaitu memaknai metafor, contoh-contoh historis (exemplars), kata kunci, dan konotasi (depiction).

2. Manfaat framing
Apakah para wartawan akan menangis bila khalayak tidak memaknai berita sesuai dengan framing mereka? Jawaban pertanyaan ini sangat tergantung dari penghayatan para wartawan terhadap tugas dan kewajiban mereka. Bagi seorang wartawan yang sadar persis bahwa tugasnya adalah mengidentifikasi persoalan yang ada dalam masyarakat dan berperan serta menyelesaikan masalah tersebut lewat wacana yang dia ciptakan, maka dia akan sedih bila khalayak tidak bersikap apa-apa setelah membaca berita yang ditulisnya. Untuk mengantisipasi itulah dia tidak hanya berhenti pada penulisan berita saja. Dia akan amati apa yang terjadi pada khalayak setelah membaca berita yang ditulisnya. Sebaliknya, bagi seorang wartawan yang hanya bekerja untuk mencari penghidupan semata, tugasnya akan berhenti begitu dia selesai menulis sebuah berita.

Bila diamati lebih dalam lagi, sebenarnya framing terdiri dari atas dua jenis, yaitu framing media dan framing individu. Framing media dilakukan oleh wartawan dan framing individu dilakukan oleh khalayak. Mengenai yang terakhir ini, ia akan menjadi dasar bagi khalayak untuk melakukan interpretasi selektif dari pesan yang disampaikan berita. Bagi khalayak, posisi framing individu merpakan kondisi mental dan cetusan ide yang membimbing individu memproses informasi. Dari framing individu inilah khalayak menangkap wacana yang disampaikan wartwan.

Kalau ada khalayak yang tidak mem-framing berita sesuai dengan framing yang diharapkan wartawan, itu sebenarnya di luar kemampuan wartawan. Kendati begitu, tidak ada salahnya wartawan memahami kognisi sosial khalayak mengenai sebuah isu. Dengan pemahaman itu, wartawan bisa mem-framing berita yang pada gilirinnya bisa di-framing khalayak sesuai dengan harapan wartawan.

Kenyataan di atas merupakan satu bukti bahwa framing media yang dilakukan wartawan dipengaruhi oleh beberapa variabel. Selain kognisi sosial, variabel lain yang mempengaruhi wartawan mem-framing berita adalah ideologi dan struktur sosial. Karena itu, bagaimana wartawan mem-framing berita menjadi variabel terikat (dependent variable). Pada titik ini bisa disebut bahwa wartawan tidak begitu saja mem-framing berita.

3. Pedoman framing
Bila seorag wartawan ingin mem-framing berita, ia harus mengingat kaidah jurnalistik yang paling elementer, seperti nilai berita, framing berita, layak berita dan bias berita. Artinya, dia harus tetap mematuhi semua kaidah itu dengan penahanan diri. Setelah mematuhi kaidah itulah ia baru melakukan framing terhadap berita.

Ada tiga bagian berita yang bisa menjadi objek framing seorang wartawan. Pertama, judul berita. Judul berita, sering kali di framing dengan menggunakan metode emapti, yaitu menciptakan ”pribadi khayal” dalam diri khalayak. Sebagai contoh, khalayak dianggapkaqn menempatkan diri mereka seperti korban kerusakan lingkungan hidup atau bagian dari satu masyarakat yang tidak bisa hidup dengan nyaman, sehingga mereka bisa merasakan kepedihan yang luar biasa. Berdasarkan perasaan ini, mereka akan menjadi sangat ”keras” pada pelaku kerusakan lingkungan hidup, baik yang berkaitan langsung dengan kehidupan mereka maupun yang tidak langsung (sebagai manifestasi berpikir global, bertindak lokal). Untuk itu, perlu dirumuskan judul berita lingkungan hidup yang menceritakan kerusakan lingkungan hidup, seperti Asap membawa puluhan korban, Hancurnya lingkungan hidup alam di Rinjani, dan sebagainya.

Kedua, fokus berita. Fokus berita biasanya diframing orang dengan metode asosiasi, yaitu ”menggabungkan” kebijakan yang aktual dengan fokus berita. Sebagai contoh misalnya kebijakan yang dimaksud adalah pemeliharaan lingkungan hidup yang sedang diusahakan berbagai pihak. Dengan ”menghubungkan” kebijakan tersebut dalam fokus berita, khalayak akan memperoleh kesadaran bahwa masih ada kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di berbagai daerah di seantero Indonesia, sekalipun usaha untuk mengurangi kerusakan lingkungan hidup. Untuk itu, wartawan perlu mengetahui secara persis kondisi riil pencegahan kerusakan lingkungan hidup.

Fokus berita, dalam praktek sehari-hari, adalah fakta yang menjawab pertanyaan what. Fakta inilah yang kemudian ”digabungkan” dengan berbagai kebijakan yang sedang dilakukan oleh berbagai pihak (terutama pemerintah), seperti tentang pemakaian pestisida, arah industri, pemakaian pupuk, pemukiman peladang berpindah serta perambah hutan, dan sebagainya.

Ketiga, penutup berita. Penutup berita bisa di-framing dengan menggunakan metode packing, yaitu menjadikan khlayak tidak berdaya untuk menolak ajakan yang dikandung berita. Sebagai contoh, dalam berita lingkungan hidup, apapun inti ajakan, khalayak menerima sepenuhnya. Sebab, mereka tidak berdaya sama sekali untuk membantah kebenaran yang direkonstruksikan oleh berita seperti; (1) bagi orang yang pernah datang ke Simalanggang 20 tahun lalu, daerah itu menjadi tempat yang sangat nyaman untuk tinggal. Di samping lingkungan alamnya yang masih hijau, airnya sangat jernih dan tanahnya sangat subur. Sayang, sekarang Simalanggang sangat kotor: sampah menumpuk di berbagai pojok dan tikus berkeliaran. Airsudah tidak bersih lagi. Kesuburan tanah berkurang. Semua itu terjadi gara-gara pembangunan berbagai industri yang tidak peduli dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Itulah sebabnya izin semua industri di Simalanggang perlu ditinjau lagi; dan (2) Ia melongo menyadari aliran sungai macet, tanah longsor di beberapa tempat dan air mulai menggenangi pekarangan rumah penduduk. Mulutnya tiba-tiba terkatup rapat. Ia tidak yakin bahwa ekosistem hutan kawasan Gunung Singgalang telah rusak. Tetapi, itulah yang terjadi.

Mendadak sontak ia merasa malu memiliki kampung di kaki Gunung Singgalang. Ia lebih malu lagi pada diri orang tuanya. Ternyata yang slema ini ia banggakan dan sayangi, sudah merusak lingkungan lewat eksploitasi hutan di sekitar Gunung Singgalang. Jangan heran bila ia mendukung protes masyarakat terhadap perusahaan milik orang tuanya yang memperoleh izin
mengeksploitasi hutan di sekitar Gunung Singgalang tersebut.

Jika setiap hari pers Indonesia membombardir khalayak dengan judul-judul berita lingkungan hidup yang menggambarkan kerusakan lingkungan hidup, fokus berita yang juga menunjukkan bahwa kebijakan tentang pemeliharaan fungsi lingkungan hidup masih tidak terealisasikan dengan baik, serta penutup berita yang mengajak khalayak untuk memerangi kerusakan lingkungan hidup, lama-kelamaan akan muncul dorongan dalam diri khalayak untuk ikut berpartisipasi dalam memelihara fungsi lingkungan hidup sehingga bisa diwariskan kepada generasi mendatang dalam keadaan yang sama dengan sekarang atau bisa lebih baik lagi.

4. Praktek framing

Tugas 3:
Identifikasilah: (i) ide framing; (ii) bagian berita yang memperoleh framing; dan (iii) 

Sudi Kiranya Memberi Komentar ..